Foto di atas adalah Udai Faisal. Usianya baru 5 bulan saat difoto pada Minggu, 20 Maret lalu dan dua hari setelahnya, Udai meninggal.
Dua lengannya sudah seperti ranting kering. Pipinya tirus hingga terlihat tulang tengkoraknya, sedangkan matanya begitu kering.
Udai hanya satu dari sekian banyak konsekuensi perang di Yaman. Bayi mungil itu hanya mampu bertahan hidup selama lima bulan akibat malnutrisi.
"Dia tidak menangis dan tidak ada air mata, hanya ada kekakuan. Saya menjerit dan pingsan," ujar ibu Udai, Intissar Hezzam.
Banyak faktor yang membuat nasib Udai begitu tragis. Tetapi, semuanya menjadi semakin parah lantaran perang, yang pada akhirnya mengantarkan bayi tidak berdosa itu harus menghadap Sang Kuasa.
Keluarga Udai hidup dari uang pensiunan ayahnya, Faisal Ahmed, sebagai mantan tentara. Dengan uang sebesar 140 euro, setara Rp2,6 juta per bulan, Ahmed harus menghidupi istri dan sembilan anaknya yang berusia dua sampai 16 tahun.
Terkadang, Ahmed bekerja sebagai buruh bangunan, tetapi pekerjaan itu hilang saat perang terjadi. Lantaran harga makanan melambung tinggi dan pasokan yang terbatas, keluarga ini terpaksa makan sekali sehari, biasanya dengan roti dan yogurt serta kacang polong di hari baik.
Saat hari kelahiran Udai, pesawat tempur koalisi Saudi menggempur basis pertahanan kelompok pemberontak Houthi di distrik Hazyaz, kota gubuk di tepi selatan Sanaa. Peluru kendali menghantam rumah satu kamar yang mereka tinggali.
"Dia menjerit dan melahirkan bayi ketika bombardir mengguncang tempat itu," kata sang ayah.
ASI Hanya 20 Hari
Hezzam hanya dapat memberikan ASI kepada Udai selama 20 hari saja. Tiba-tiba, ASInya berhenti karena Hezzam mengalami kekurangan gizi.
Di situasi begitu sulit itu, Hezzam tidak bisa mengurus dirinya. Dia bahkan harus mengumpulkan kayu bakar untuk bahan perapian sesaat setelah melahirkan Udai.
Seperti wilayah Yaman yang lain, listrik telah lama padam akibat serangan udara maupun kurangnya bahan bakar. Demikian pula dengan pasokan gas memasak.
"Setiap hari saya pergi ke tempat cukup jauh untuk mencari kayu dan membawa pulang dengan memanggul kayu tersebut di atas kepala," kata Hezzam.
Karena ASI sudah tidak keluar, keluarga ini beralih ke susu formula untuk memberi makan Udai. Tapi, susu formula ternyata juga tidak selalu tersedia dan tidak bisa selalu terbeli. Jadi, selama beberapa hari Udai minum susu formula dan kebanyakan minum air gula.
Truk tanki air kadang sampai ke daerah itu, namun sangat jarang. Hal ini memaksa keluarga Udai untuk menggunakan air tidak bersih.
sumber
Artikel keren lainnya:
Post a Comment