Ini adalah kisah mengharukan tentang kehidupan seorang tukang sampah di Jakarta, yang diceritakan seorang kaskuser yang berprofesi pegawai kantor.
Si tukang sampah tidak banyak bicara, namun perilakunya sungguh menusuk hati kita semua. Berawal dari obrolan singkat. Si pemuda berkali-kali mendengar perut sang kakek berbunyi kruuuuukk.
Ia pun berinisiatif membelikan si kakek nasi. Tapi sang kakek menolaknya dengan halus; "Waduh mas, saya ga punya uang buat bayarnya," ujarnya lirih.
Si pemuda berusaha membujuk sang kakek menerima nasi tersebut. "Ga papa pak, makan aja. Saya bayarin dah, saya lagi ulang tahun hari ini," kata pemuda itu berbohong.
Sang kakek terus mengucap syukur berkali-kali dan berterima kasih.
"Makasih sudah dibelikan makanan. Saya belum makan dari kemarin sebetulnya. Cuma saya malu mas, saya inginnya beli makan sama uang sendiri karena saya bukan pengemis. Saya sebetulnya lapar sekali mas, tapi saya belum dapet uang hasil nyari sampah," kata si kakek.
Pemuda itu tertegun. Secara tak sadar ia hampir meneteskan airmata. Sambil makan bareng, si kakek menceritakan jika ia punya dua anak, yang satu sudah meninggal karena kecelakaan. Satu lagi sudah pergi dari rumah dan tidak pulang hingga tiga tahun.
Sedangkan istrinya sudah meninggal kena kanker. Parahnya lagi, rumahnya diambil orang karena tidak bisa melunasi uang pinjaman untuk mengobati istrinya.
Miris betul. Tapi si kakek menolak menyerah. Ia pantang menengadahkan tangan, meminta-minta. Merasa iba, si pemuda dengan sedikit memaksa memberikan uang ke si kakek.
Dan ada satu hal lagi yang bikin si pemuda tercengang, waktu hendak meninggalkan tempat ia bertemu tadi, sambil jalan menoleh ke belakang, ia melihat si kakek sudah depan kotak amal masjid, memasukkan uang ke dalam kotak amal.subhanAllah
sumber
Artikel keren lainnya:
Post a Comment